Rangkaian UAS sensor


ALAT PEMADAM KEBAKARAN DI RUANGAN LABORATORIUM

[KEMBALI KE MENU SEBELUMNYA]


TUJUAN

  • Memahami kegunaan sensor Flame Detector, sound sensor pada suara, dan MQ-3 dalam kehidupan sehari-hari
  • Mengetahui cara kerja Flame Detector terhadap api, sound sensor pada suara dan MQ-3 terhadap etana alkohol dan asap rokok yang mudah terbakar.
  • Melatih keterampilan menggunakan aplikasi proteus.

KOMPONEN

Flame Detector (Flame Sensor)


1. Flame Detector


Gambar 2. Bentuk Flame Detector di Proteus

Flame Detector merupakan salah satu alat instrument berupa sensor yang dapat mendeteksi nilai intensitas dan frekuensi api dengan panjang gelombang antara 760 nm ~ 1100 nm.
Dalam suatu proses pembakaran pada pembangkit listrik tenaga uap, flame detector dapat mendeteksi hal tersebut dikarenakan oleh komponen-komponen pendukung dari flame detector. Sensor nyala api ini mempunyai sudut pembacaan sebesar 60 derajat, dan beroperasi normal pada suhu 25 – 85 derajat Celcius.
Cara kerja flame detector mampu bekerja dengan baik untuk menangkap nyala api untuk mencegah kebakaran, yaitu dengan mengidentifikasi atau mendeteksi nyala apiyang dideteksi oleh keberadaan spectrum cahaya infra red maupun ultraviolet dengan menggunakan metode optic kemudian hasil pendeteksian itu akan diteruskan ke Microprosessor yang ada pada unit flame detector akan bekerja untuk membedakan spectrum cahaya yang terdapat pada api yang terdeteksi tersebut dengan sistem delay selama 2-3 detik pada detektor ini sehingga mampu mendeteksi sumber kebakaran lebih dini dan memungkinkan tidak terjadi sumber alarm palsu.
Pada sensor ini menggunakan tranduser yang berupa infrared (IR) sebagai sensing sensor. Tranduser ini digunakan untuk mendeteksi akan penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu, yang memungkinkan alat ini untuk membedakan antara spectrum cahaya pada api dengan spectrum cahaya lainnya seperti spectrum cahaya lampu, kilatan petir, welding arc, metal grinding, hot turbine, reactor, dan masih banyak lagi.

Sound sensor




Gambar 3. Sound sensor

Sensor Suara adalah sensor yang memiliki cara kerja merubah besaran suara menjadi besaran listrik. Pada dasarnya prinsip kerja pada alat ini hampir mirip dengan cara kerja sensor sentuh pada perangkat seperti telepon genggam, laptop, dan notebook. Sensor ini bekerja berdasarkan besar kecilnya kekuatan gelombang suara yang mengenai membran sensor yang menyebabkan bergeraknya membran sensor yang memiliki kumparan kecil dibalik membran tersebut naik dan turun. Kecepatan gerak kumparan tersebut menentukan kuat lemahnya gelombang listrik yang dihasilkannya.
Salah satu komponen yang termasuk dalam sensor ini adalah Microphone atau Mic. Mic adalah komponen eletronika dimana cara kerjanya yaitu membran yang digetarkan oleh gelombang suara akan menghasilkan sinyal listrik

Sensor MQ-3



Gambar 5. Sensor MQ-3


Gambar 6. Bentuk sensor MQ-3 di Proteus

Sensor MQ-3 adalah sensor yang cocok digunakan untuk mendeteksi konsentrasi alkohol di udara secara langsung dan juga asap rokok. Keluaran dari sensor berupa tegangan analog yang sebanding dengan alkohol yang diterima. Spesifikasi dari sensor MQ-3 adalah sebagai berikut (ATMEL, 2012):
1.        Mampu mendeteksi konsentrasi alkohol dengan jangkauan pengukuran 0,04 mg/L – 4 mg/L.
2.        Mampu bekerja pada rentang temperatur -10°C - 50°C.
3.        Memiliki tegangan sirkuit dan tegangan pemanas 5VDC dengan konsumsi daya kurang dari 750 mW.
4.        Memiliki hambatan beban dan hambatan pemanas masing-masing 200 KΩ dan 33 Ω.
5.        Memiliki kondisi deteksi standar pada temperatur 40°C ± 2°C dan kelembaban relatif 65% ± 5%.
6.        Memiliki keluaran data analog berupa perubahan tegangan listrik sensor.

Speaker

Gambar 9. Speaker

Gambar 10. Bentuk Speaker di Proteus

Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai Loadspeaker (Pengeras Suara), sebaiknya kita mengetahui bagaimana suara dapat dihasilkan. Yang dimaksud dengan “Suara” sebenarnya adalah Frekuensi yang dapat didengar oleh Telinga Manusia yaitu Frekuensi yang berkisar di antara 20Hz – 20.000Hz. Timbulnya suara dikarenakan adanya fluktuasi tekanan udara yang disebabkan oleh gerakan atau getaran suatu objek tertentu. Ketika Objek tersebut bergerak atau bergetar, Obyek tersebut akan mengirimkan Energi Kinetik untuk partikel udara disekitarnya. Hal ini dapat di-anologi-kan seperti terjadinya gelombang pada air. Sedangkan yang dimaksud dengan Frekuensi adalah jumlah getaran yang terjadi dalam kurun waktu satu detik. Frekuensi dipengaruhi oleh kecepatan getaran pada objek yang menimbulkan suara, semakin cepat getarannya makin tinggi pula frekuensinya.
Dalam rangka menerjemahkan sinyal listrik menjadi suara yang dapat didengar, Speaker memiliki komponen Elektromagnetik yang terdiri dari Kumparan yang disebut dengan Voice Coil untuk membangkitkan medan magnet dan berinteraksi dengan Magnet Permanen sehingga menggerakan Cone Speaker maju dan mundur. Voice Coil adalah bagian yang bergerak sedangkan Magnet Permanen adalah bagian Speaker yang tetap pada posisinya. Sinyal listrik yang melewati Voice Coil akan menyebabkan arah medan magnet berubah secara cepat sehingga terjadi gerakan “tarik” dan “tolak” dengan Magnet Permanen. Dengan demikian, terjadilah getaran yang maju dan mundur pada Cone Speaker. Cone adalah komponen utama Speaker yang bergerak. Pada prinsipnya, semakin besarnya Cone semakin besar pula permukaan yang dapat menggerakan udara sehingga suara yang dihasilkan Speaker juga akan semakin besar. Suspension yang terdapat dalam Speaker berfungsi untuk menarik Cone ke posisi semulanya setelah bergerak maju dan mundur. Suspension juga berfungsi sebagai pemegang Cone dan Voice Coil. Kekakuan (rigidity), komposisi dan desain Suspension sangat mempengaruhi kualitas suara Speaker itu sendiri.
Berdasarkan Frekuensi yang dihasilkan, Speaker dapat dibagi menjadi :
  1. Speaker Tweeter, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi Tinggi (sekitar 2kHz – 20kHz)
  2. Speaker Mid-range, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi Menengah (sekitar 300Hz – 5kHz)
  3. Speaker Woofer, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi Rendah (sekitar 40Hz – 1kHz)
  4. Speaker Sub-woofer, yaitu speaker yang menghasilkan Frekuensi sangat rendah yaitu sekitar 20Hz – 200Hz.
  5. Speaker Full Range, yaitu speaker yang dapat menghasilkan Frekuensi Rendah hingga Frekuensi Tinggi.
Berdasarkan Fungsi dan bentuknya, Speaker juga dapat dibedakan menjadi :
  1. Speaker Corong
  2. Speaker Hi-fi
  3. Speaker Handphone
  4. Headphone
  5. Earphone
  6. Speaker Televisi
  7. Speaker Sound System (Home Theater)
  8. Speaker Laptop

Motor DC (MOTOR)\

Gambar 11. Motor DC

Gambar 12. Motor DC di Proteus

Motor Listrik DC atau DC Motor adalah suatu perangkat yang mengubah energi listrik menjadi energi kinetik atau gerakan (motion). Motor DC ini juga dapat disebut sebagai Motor Arus Searah. Seperti namanya, DC Motor memiliki dua terminal dan memerlukan tegangan arus searah atau DC (Direct Current) untuk dapat menggerakan-nya. Motor Listrik DC ini biasanya digunakan pada perangkat-perangkat Elektronik dan listrik yang menggunakan sumber listrik DC seperti Vibrator Ponsel, Kipas DC dan Bor Listrik DC.
Motor Listrik DC atau DC Motor ini menghasilkan sejumlah putaran per menit atau biasanya dikenal dengan istilah RPM (Revolutions per minute) dan dapat dibuat berputar searah jarum jam maupun berlawanan arah jarum jam apabila polaritas listrik yang diberikan pada Motor DC tersebut dibalikan. Motor Listrik DC tersedia dalam berbagai ukuran rpm dan bentuk. Kebanyakan Motor Listrik DC memberikan kecepatan rotasi sekitar 3000 rpm hingga 8000 rpm dengan tegangan operasional dari 1,5V hingga 24V. Apabila tegangan yang diberikan ke Motor Listrik DC lebih rendah dari tegangan operasionalnya maka akan dapat memperlambat rotasi motor DC tersebut sedangkan tegangan yang lebih tinggi dari tegangan operasional akan membuat rotasi motor DC menjadi lebih cepat. Namun ketika tegangan yang diberikan ke Motor DC tersebut turun menjadi dibawah 50% dari tegangan operasional yang ditentukan maka Motor DC tersebut tidak dapat berputar atau terhenti. Sebaliknya, jika tegangan yang diberikan ke Motor DC tersebut lebih tinggi sekitar 30% dari tegangan operasional yang ditentukan, maka motor DC tersebut akan menjadi sangat panas dan akhirnya akan menjadi rusak.
Pada saat Motor listrik DC berputar tanpa beban, hanya sedikit arus listrik atau daya yang digunakannya, namun pada saat diberikan beban, jumlah arus yang digunakan akan meningkat hingga ratusan persen bahkan hingga 1000% atau lebih (tergantung jenis beban yang diberikan). Oleh karena itu, produsen Motor DC biasanya akan mencantumkan Stall Current pada Motor DC. Stall Current adalah arus pada saat poros motor berhenti karena mengalami beban maksimal.

Baterai (BATTERY)

Gambar 15. Baterai

Gambar 16. Bentuk Baterai di Proteus

Baterai adalah alat listrik-kimiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkan tenaganya dalam bentuk listrik. Baterai yang biasa dijual (disposable/sekali pakai) mempunyai tegangan listrik 1,5 volt. Baterai ada yang berbentuk tabung atau kotak. Ada juga yang dinamakan rechargeable battery, yaitu baterai yang dapat diisi ulang, seperti yang biasa terdapat pada telepon genggam. Baterai sekali pakai disebut juga dengan baterai primer, sedangkan baterai isi ulang disebut dengan baterai sekunder.
Sebuah sel kering adalah jenis umum dari baterai yang digunakan saat ini. Baterai Pada dasarnya mengubah energi kimia menjadi energi listrik yang tersimpan. Baterai sel kering ini terdiri dari tiga hal yakni:
  1. Batang karbon sebagai anoda (kutub positif baterai)
  2. Seng (Zn) sebagai katoda (kutub negatif baterai)
  3. Pasta sebagai elektrolit yang memisahkan katoda dan anoda
Dalam sel kering, Zinc adalah anoda (-), inti grafit adalah katoda (+) dan Ammonium Chloride bertindak pasta sebagai elektroda. Di dalam baterai ada beberapa sel listrik, dan sel listrik tersebut menjadi tempat menyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia. Elektroda-elektroda yang tersimpan di dalam baterai ada yang negatif ada pula yang positif. Elektroda negatif disebut katoda, yang memiliki fungsi sebagai pemberi elektron. Sedangkan elektroda positif, disebut anoda yang berfungsi sebagai penerima elektron. Ada aliran arus listrik yang mengalir dari kutub positif (anoda) ke kutub negatif (katoda). Sedangkan elektron akan mengalir dari kutub negatif menuju kutub positif.
Di dalam baterai sendiri, terjadi sebuah reaksi kimia yang menghasilkan elektron. Kecepatan dari proses ini (elektron, sebagai hasil dari elektrokimia) mengontrol seberapa banyak elektron dapat mengalir diantara kedua kutub. Elektron mengalir dari baterai ke kabel dan tentunya bergerak dari kutub negatif ke kutub positif tempat dimana reaksi kimia tersebut sedang berlangsung. Dan inilah alasan mengapa baterai bisa bertahan selama satu tahun dan masih memiliki sedikit power, selama tidak terjadi reaksi kimia atau selama kita tidak menghubungkannya dengan kabel atau sejenis Load lain. Seketika kita menghubungkannya dengan kabel maka reaksi kimia pun dimulai. Lalu bagaimana komponen-komponen tersebut bisa menghasilkan aliran listrik? Begini, anoda dan katoda terbuat dari bahan yang dapat bereaksi dengan bahan elektrolitnya. Saat anoda dan elektrolit bereaksi, terbentuklah satu senyawa baru yang menyisakan satu elektron. Sebaliknya, reaksi antara katoda dan elektrolit membutuhkan satu elektron. Jadilah sisa elektron dari reaksi anoda dan elektrolit tadi dikirimkan ke katoda agar katoda dapat bereaksi dengan elektrolit. Perpindahan elektron inilah yang dapat menimbulkan aliran listrik dari sebuah baterai.

Resistor (RES)


Gambar 17. Resistor


Gambar 18. Bentuk Resistor di Proteus

Resistor adalah komponen elektronika yang paling dasar dan paling banyak digunakan. Hampir semua peralatan elektronika menggunakan resistor. Ada banyak sekali jenis resistor yang dijual dipasaran mulai dari resistor ukuran sangat kecil yang ditempel pada permukaan PCB atau lebih dikenal dengan nama Surface Mounting Device (SMD) hingga resistor daya yang memiliki ukuran yang besar.
Prinsip kerja resistor adalah dengan mengatur elektron (arus listrik) yang mengalir melewatinya dengan menggunakan jenis material konduktif tertentu yang dicampur dengan material lain sehingga menimbulkan suatu hambatan pada aliran elektron (arus listrik). Resistor juga dapat dirangkai secara seri, parallel atau gabungannya sehingga dapat digunakan untuk membagi arus listrik, tegangan listrik, penurun tegangan, filter dan sebagainya.

Relay (RELAY)

Gambar 19. Relay

Gambar 20. Bentuk Relay di Proteus

Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.
Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :
  1. Electromagnet (Coil)
  2. Armature
  3. Switch Contact Point (Saklar)
  4. Spring
Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :
  1. Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi CLOSE (tertutup)
  2. Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi OPEN (terbuka)
Sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang kemudian menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC) akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik, Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.

Transistor (NPN)

Gambar 21. Transistor

Gambar 22. Bentuk Transistor di Proteus

Fungsi transistor yang pertama adalah sebagai saklar. Dengan mengontrol bias dari transistor hingga komponen ini menjadi jenuh, akan menyebabkan seolah-olah diperoleh hubungan singkat di antara emitor dan kaki kolektor. Fenomena ini lah yang dapat dimanfaatkan hingga transistor bisa dipakai sebagai saklar elektronika.
Fungsi transistor sebagai  penguat arus adalah kegunaannya yang kedua. Guna komponen yang kedua ini membuatnya dapat digunakan dalam rangkaian power supply yang tegangannya diset. Dalam keadaan tersebut transisor haruslah terlebih dahulu dibiaskan dengan tegangan yang konstan pd basisnya, tujuannya biardi emitor menghasilkan tegangan yg tetap. Umumnya yang dipakai untuk mengontrol tegangan basis agar tetap adalah dioda zener.


Untuk meminimalkan resiko kebakaran yang terjadi, perlu dipasang Alat Pemadam Kebakaran Otomatis sehingga penanganan terhadap api dapat segera dilakukan. pencegahan ini sangat penting karena jika sampai terjadi kebakaran dan melihat sifat api yang akan semakin membesar jika ada media dan udara maka dampak kerugian akan besar. baik secara materi bahkan korban jiwa bisa terancam. Alat pemadam kebakaran otomatis adalah sebuah rangkaian alat untuk pencegahan api yang berkobar di sebuah tempat dengan memutus siklus oksigen. secara gambaran awam jika alat ini bekerja terjadi reaksi kimia yang akan secara otomatis memadamkan api di area tersebut. selain bekerja secara otomatis, alat ini bisa juga difungsikan secara manual dengan dilemparkan atau dicampur terlebih dahulu dengan air kemudian disiram ke sumber api.
Sistem pemadam ini bekerja jika pada detektor mengalami pecah karena sudah mencapai titik suhu tertentu, bahan yang ada didalam tabung mengembang karena panas kemudian dari daya tekan tersebut tabung akan memecahkan kaca yang melindungi bagian luar tabung dan mengeluarkan media untuk memadamkan api. Diluar tabung, karena sifat media lebih ringan dari udara maka proses pemadaman memadamkan api dari area bawah, seiring bahan tersebut naik keatas maka api di bagian atas juga akan dipadamkan dengan baik. Dan dalam waktu 3-5 menit setelah api padam, gas tersebut akan menghilang dengan sendirinya. Dalam satu alat pemadam kebakaran otomatis setidaknya ada sepuluh bahan pembentuk gas, diantaranya amonium sulfat, urea, dan zat lainnya yang dipastikan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia saat alat bekerja.
Alat akan bekerja secara efektif pada jarak 7-8 m² dari sekitar lingkungan pemasangan, jadi jika ruangan yang diproteksi lebih besar. Maka disarankan untuk memasang alat pemadam lebih banyak agar semua bagian dalam ruangan dapat diproteksi dengan baik. Pengaturan jarak yang satu dengan lainnya menyesuaikan desain ruangan tersebut. Alat ini bekerja biasanya pada suhu 90 C – 110 C, umumnya penggunaan alat pemadam kebakaran otomatis ini akan bekerja dengan efektif dan baik untuk dalam ruangan. Contoh Alat pemadam kebakaran otomatis adalah thermatic fire extinguisher yang berbentuk seperti tabung dan dipasang pada plafon ruangan. tempat penggunaannya beragam, seperti pada ruang data center, dapur, ruang generator dan mesin dan sebagainya. untuk perkiraan harganya alat pemadam kebakaran otomatis ini adalah berkisar diantara 3 juta rupiah.

BENTUK RANGKAIAN DAN PRINSIP KERJA APLIKASI

Pada rangkaian ini, prinsip kerjanya ialah, jikalau sensor mq-2 mendeteksi gas maka akan menghidupkan heksos fan yang berguna untuk menyerap gas itu. Lalu, jika sensor mq-3 mendeteksi adanya nafas alkohol akan menghidupkan motor pompa yang mendorong alkohol keluar dari ruangan, led-red menyala serta speaker dan jika yang dideteksi adalah asap rokok, motor listrik tetap menyala dan speaker akan hidup untuk memperingati perokok bahwa tempat ini rawan kebakaran dan bebas asap rokok dan jikalau flame sensor mendeteksi api maka akan menghidupkan pompa dan speaker, pompa berguna untuk memompa air keluar agar api padam dan speaker berguna untuk memperingati bahaya adanya api di tempat tersebut.










LINK DOWNLOAD

  1. Download HTML                                                                                                   : KLIK DI SINI !!!
  2. Download Datasheet Flame Sensor                                                                        : KLIK DI SINI !!!
  3. Download Datasheet sound sensor                                                                          : KLIK DI SINI !!!
  4. Download Datasheet MQ-3                                                                                    : KLIK DI SINI !!!
  5. Download Library Flame Sensor di Proteus                                                          : KLIK DI SINI !!!
  6. Download Library Gas Sensor (MQ sensor) di Proteus                                           : KLIK DI SINI !!!
  7. Download Library sound Sensor di Proteus                                                          : KLIK DI SINI !!!
  8. Download Rangkaian                                                                                            : KLIK DI SINI !!!
  9. Download Video Rangkaian                                                                                  : KLIK DI SINI !!!















Tidak ada komentar:

Posting Komentar